sesudah kesulitan pasti ada kemudahan...asalkan ada niat....usaha......dan do'a....... keepp fight!!!!

Kamis, 16 April 2009

bakso lho.. bisa jadi filsafat.......

FILSAFAT BAKSO DALAM HIDUP BERANEKA RAGAM DI MASYARAKAT

Pentol, mie, saus, kecap, goreng, tahu, daging, dan kuah bersatu menjadi satu kesatuan yang indah, lezat dan mempesona bila dipandang. Inilah salah satu makanan kegemaran kita sehari-hari yang lebih dikenal dengan bakso. Bakso yang sering kita konsumsi memiliki pesona yang luar biasa bila dipandang dan kelezatan yang tiada tara bila menempel pada lidah. Bakso dikenal hampir diseluruh wilayah indonesia karena rasanya yang mudah diterima oleh lidah masyarakat indonesia. Tua muda, kaya miskin dan yang tinggal di desa maupun di kota mengenal dan tidak menolak bila dihadapkan pada sajian bakso yang nikmat dan penuh kelezatan.

Pembuatan bakso memang tidak mudah dan sederhana hingga diperoleh bakso yang berkualitas tinggi. Suatu bakso yang berkualitas tinggi akan memperlihatkan pesona dan kelezatan yang tinggi pula. Suatu pesona dan kelezatan ini kita rasakan ketika seluruh bahan bakso tadi berkumpul menjadi satu kesatuan yang sempurna. Bayangkan jika suatu bakso tersaji tanpa adanya kecap, saus, ataupun kuah. Tentu hal ini akan mengurangi kelezatan dari bakso tersebut, bahkan dapat merusak rasa bakso tersebut menjadi sajian bakso yang tidak enak. Seluruh bahan tersebut harus terlibat semua untuk dihasilkan suatu bakso dengan cita rasa yang tiada tara.

Selain kelengkapan bahan dalam penyajian bakso, keseimbangan dalam mencampur bahan-bahan tersebut harus diperhitungkan agar tercipta bakso yang lezat dan menarik hati. Suatu bakso tentu akan memiliki rasa dan penampilan yang aneh jika salah satu dari bahan tersebut mendominasi atau berlebih. Rasa bakso akan menjadi aneh jika kekurangan atau kelebihan saus, kecap atau kuah. Penampilan bakso juga akan tidak menarik hati jika terdapat bahan yang berlebih seperti pentol, tahu, daging atau mie. Bakso juga tidak menarik jika ada salah satu bahan yang kurang. Dalam penyajian bakso diperlukan keseimbangan dan kelengkapan bahan-bahan agar tercipta bakso yang lezat dan menarik hati pembeli.

Kesesuaian bakso diatas tidak ubahnya dengan keadaan kemajemukan yang ada dimasyarakat. Masyarakat indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku memiliki salah satu problematika kehidupan yang nampak seperti sebuah bakso. Keanekaragaman tidak tercipta dengan indah bila tidak terdapat keseimbangan dan kelengkapan dari anggota suku tersebut. Keanekaragaman tersebut tidak akan ideal jika ada salah satu suku yang mereduksi karena sesuatu hal yang kurang begitu penting. Bayangkan bila salah satu suku di indonesia hilang karena sesuatu hal. Suku jawa tiba-tiba tidak ada di pulau jawa yang nota bene adalah tempat tinggal asli orang jawa. Suku madura yang tinggal dipulau madura tiba-tiba hilang tidak berada di pulau madura. Ini akan menjadi suatu hal yang sangat aneh dan patut dipertanyakan.

Keanekaragaman tersebut juga tidak akan indah dipandang jika terdapat salah satu suku yang mendominasi semua wilayah sehingga suku-suku yang lain terdisposisi dan tersingkir dari wilayah tersebut. Misal, semua wilayah indonesia dikuasai oleh salah satu suku saja. Ketika berjalan dari sabang sampai merauke yang ditemui hanya orang dari satu suku tersebut, maka hal ini sangat tidak indah dan menarik untuk dikunjungi atau dipelajari. Keindahan akan terbentuk jika ketika kita berjalan di Aceh, maka kita temui suku yang ada di Aceh. Bila kita berjalan di Jawa, kita melihat adat budaya Jawa yang khas. Bila kita berjalan di Madura, kita temui bahasa Madura yang khas. Bila kita berjalan di Papua, kita temui budaya-budaya khas asli dari Papua.Keindahan akan tercipta bila semua suku terkomposisikan secara seimbang dan tidak saling mengunggulkan diri sendiri. Setiap suku saling membantu dalam menjalani kehidupan sehingga terbentuk suatu keindahan dan kesatuan yang kuat dalam suatu masyarakat.

Menilik kondisi indonesia yang saat ini sering dilanda kerusuhan akibat bentrok antar suku, belajar dari filsafat bakso sangatlah penting untuk ditiru. Walaupun bakso hanya sekedar makanan yang habis bila disantap. Suatu kekuatan yang besar akan terbentuk jika semua suku bersatu dan tidak menonjolkan diri masing-masing. Hal ini sangat berpengaruh besar bagi perkembangan kemajuan bangsa indonesia. Bangsa indonesia yang beraneka ragam penduduknya memiliki kekuatan yang besar untuk membangun negeri kearah yang lebih baik jika terjalin satu kesatuan yang erat.

Suatu keanekaragaman dan kemajemukan bangsa merupakan rahmat yang harus disyukuri agar kita saling mengenal, berbagi dan mengetahui keagungan pemberian yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan yang harus dilestarikan agar tidak terkikis dan hilang pada masa saat ini maupun masa yang akan datang. Tidaklah pantas jika terjadi perkelahian antar anggota dari keanekaragaman suku tersebut. Suatu sikap saling membantu dan merangkul-lah yang seharusnya terjadi antar suku tersebut.

Manfaat dan kerusakan hutan mangrove

Oleh : Budi sucipto

Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh didaerah rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai atau daerah intertidal. Hutan ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang terjadi di laut tersebut.tan ini cenderung tumbuh di tempat-tempat yang yang terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan-bahan organik. Hutan ini dapat tumbuh di sepanjang garis pantai, baik diteluk-teluk yang terlindung dari gempuran gelombang ombak maupun disekitar sungai dimanaair melambat dan mengendapkan lumpur yang erbawa dari daerah hulu sungai.

Hutan mangrove merupakan bagian dari ekosistem di bumi yang memiliki ciri khas tersendiri. Pelumpuran yang bertindak sebagai area tumbuh hutan mangrove mengakibatkan kurangnya aerasi tanah. Salinitasnya yang tinggi dan hampir sepenuhnya mengalami genangan oleh pasang surut air laut. Dengan adanya sifat yang khas seperti ini menyebabkan wilayah tersebut umumnya hanya dapat ditumbuhi jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan baik, yakni hutan mangrove atau hutan bakau.

Secara geografis, hutan mangrove menyebar luas didaerah sekeliling katulistiwa yang wilayahnya cukup panas, meliputi daerah tropika dan sedikit didaerah subtropika. Jenis-jenis hutan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik diatas. Beberapa faktor lingkungan fisik diatas adalah jenis tanah, terpaan ombak dan penggenangan oleh air pasang.

Hutan mangrove memiliki fungsi yang tinggi dalam menjaga kelestarian kekayaan pantai. Hutan mangrove mampu menahan laju angin yang kuat dan gelombang air yang dapat mengikis tanah pantai sehingga mengurangi abrasi. Pada hutan mangrove yang masih alami merupakan tempat perlindungan bagi ikan dan hewan-hewan air. Hutan mangrove juga berperan dalam mensuplai oksigen dan mengurangi efek pemanasan global yang saat ini kian bertambah. Akar hutan bakau berfungsi menstabilkan lumpur dan pasir.

Dipandang dari kepentingan sumberdaya alam, ekosistem hutan mangrove memiliki beberapa sifat kekhususan dibanding hutan lain, yakni letak hutan mangrove terbatas pada tempat tertentu, peranan ekologis ekosistem hutan mangrove bersifat khas, berbeda dengan peran ekosistem hutan lainnya, dan hutan mangrove memiliki potensi hasil yang bernilai ekonomis tinggi, serta hutan mangrove sebagai sumber daya alam yang dapat dipulihkan pendayagunaannya memerlukan pengelolaan yang tepat, sejauh mungkin dapat mencegah pencemaran lingkungan hidup dan menjamin kelestariannya untuk keperluan masa kini dan akan datang.

Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar. Selain itu, hutan mangrove berperan dalam proses-proses ekologi dan penyangga sistem kehidupan yang meliputi pencegahan intrusi air asin ke daratan yang dapat merusakkan kawasan-kawasan pertanian dan untuk bekalan air minuman, menahan angin dan ombak, tempat pembiakan berbagai biota laut, ikan, udang dan sebagainya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan sebagai penyaring dan pengurai bahan-bahan organik yang datangnya dari daratan yang dibawa oleh aliran permukaan air hujan dan air.

Dalam hutan mangrove,dapat ditemui berbagai macam tumbuhan yang tumbuh, paling tidak terdapat salah satu jenis tumbuhan mangrove sejati, yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizoporaceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus). Salah satu hal yang menyebabkan hutan mangrove berbeda dengan yang lain adalah selain letaknya ditepi pantai, pohon mangrove sanggup beradaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah, terhadap salinitas yang tinggi, serta terhadap tanah yang kurang stabil dan pasang surut. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove

Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar, yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.

Hutan mangrove merupakan salah satu ciri khas utama dari wilayah pesisir pada kepulauan di Indonesia. Hal ini menyebabkan kawasan indonesia sarat akan keanekaragaman hayati, baik makhluk hidup yang berada di bawah permukaan air maupun makhluk hidup yang ada di wilayah atas permukaan air dari area hutan mangrove tersebut. Area mangrove menutupi hampir seluruh garis pantai dan daerah estuary, menyebar dari Pulau Sumatra sampai ke Irian Jaya (Papua). Area mangrove umumnya dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dengan keunikan zonasi vegetasinya

Saat ini, hampir berbagai wilayah pantai di indonesia cenderung telah mengalami kerusakan. Kerusakan di pantai ini berakibat pada terancamnya hutan mangrove yang ada didalamnya. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yakni kerusakan yang ditimbulkan oleh kekuatan alam dan kerusakan yang ditimbulkan oleh manipulasi manusia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh alam cenderung bersifat mengalir yang artinya kerusakan tersebut merupakan suatu bagian dari siklus alam yang pada akhirnya nanti akan terbentuk suksesi yang dapat mengembalikan hutan tersebut kedalam keadaan yang hampir sama dengan keadaan sebelumnya. Kerusakan yang lebih mengancam bagi hutan mangrove adalah kerusakan yang ditimbulkan oleh manipulasi manusia. Kerusakan ini dapat berakibat pada musnahnya kawasan hutan mangrove karena ketidakhatian manusia dalam mengambil kekayaan yang ada di hutan mangrove sehingga menyebabkan hutan mangrove terbabat habis.

Suatu tindakan pelestarian merupakan upaya yang harus dilakukan guna melindungi hutan mangrove dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Dengan melestarikan hutan mangrove, tanpa sengaja kita sudah menjaga keanekaragamanhayati dan mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan dari rusaknya hutan mangrove. Penggunaan lahan yang terlalu banyak memakan area hutan mangrove sebaiknya dihindari.

Sabtu, 11 April 2009

Siamang (Symphalangus syndactilus atau Hylobates syndactylus)



Siamangs

Klasifikasi

• Kingdom: Animalia• kingdom : Animalia
• Phylum: Chordata • Filum : Chordata
• Class: Mammalia • Kelas : Elasmobranchii
• Order: Primates • Ordo : Primata
• Family: Hylobatidae • famili : Hylobatidae
• Genus: Hylobates • genus : Hylobates
• Species: Hylobates syndactylus • spesies : Hylobates syndactylus


Habitat dan distribusi

Siamang biasa hidup didaerah perbukitan yang terletak sekitar 500 sampai 2500 kaki diatas permukaan air laut. Hewan ini dapat ditemukan di rerimbunan atas hutan angin musim yang berganti daun, hutan hujan dan hutan tropis. Siamang tersebar diwilayah asia selatan meliputi burma, pegunungan barisan sumatra, pegunungan diselatan semenanjung melayu sungai perak dan kepulauan mentawai. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan diatas dahan pohon.

Ciri-ciri dan deskripsi fisik

Siamang yang merupakan satu-satunya spesies dalam genus Symphalangus. Siamang adalah yang istimewa untuk dua alasan. The first is that two fingers on each hand are fused together — hence the name " syndactylus ", from the Ancient Greek sun- , "united" + daktulos "finger". Yang pertama adalah bahwa pada masing-masing dua jari tangan yang tergabung bersama ( "syndactylus", dari Yunani Kuno-Ming). The second is the large "gular sac" (found in both male and female of the species), which is a throat pouch that can be inflated to the size of its head, allowing the Siamang to make loud resonating calls or songs. Yang kedua adalah besar "gular kantung" (ditemukan di kedua laki-laki dan perempuan dari jenisnya), yang merupakan kantong tenggorokan yang dapat membengkak seukuran kepalanya, siamang mengeluarkan resonating keras untuk membuat panggilan atau lagu.

Siamang memiliki wajah berwarna hitam dengan nostril yang kecil, mata yang gelap. Tubuh siamang dilindungi oleh rambut yang sangat lebat di seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak dan telapak kaki. Rambut siamang berwarna sangat coklat sampai hitam. Tangan siamang mirip dengan tangan manusia. Mereka mempunyai empat jari panjang dan satu jari pendek(jempol). Pada kaki terdapat lima jari yang hampir mirip dengan jari pada tangan. Siamang memiliki ukuran tubuh yang kecil dan ringan yang memudahkan mereka bergelantung di pohon. Kepala kecil berbentuk bulat dengan lengan lebih panjang dari pada kaki. Panjang lengan mencapai 2.3 sampai 2.6 panjang tubuh.

Siamang memiliki ukuran tubuh 74 sampai 89 cm dengan berat sekitar 10 kg. Siamang memiliki rumus gigi seperti pada gigi manusia, yaitu 2/2 1/1 2/2 3/3 = 32. Kromosom pada siamang berjumlah 25 pasang. Siamang jantan ukurannya sedikit lebih besar dari pada yang betina. Pada yang jantan tubuh biasanya berukuran 46.8 sampai 84.6 cm dengan berat 9.5 sampai 12.7 kg. Siamang jantan memiliki seikat rambut didaerah kelamin. Sementara itu, siamang betina memiliki ukuran tubuh 46 sampai 63 cm dengan berat 9 sampai 11.6 kg.

Gb. Kantung gular

Siamang memiliki indera yang sangat mirip dengan manusia, termasuk indera pendengaran, penglihatan, bau, rasa dan sentuhan. Selain itu, siamang memiliki tenggorokan khusus yang disebut gular kantung. Katung ini dapat membesar sebesar kepalanya dan dapat menimbulkan suara yang sangat keras mencapai lebih dari 2 mil.

Perbandingan siamang dengan primata lain (gorila)

Perbandingan siamang dengan gorila meliputi beberapa hal. Siamang merupakan anggota primata yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil daripada gorila sehingga berat tubuh siamang jauh lebih ringan dan pergerakannya lebih cepat dibanding dengan gorila.

Gb. Perbandingan tulang siamang dengan gorila

Ukuran besar tulang siamang jauh berbeda daripada gorila. Namun, dalam perbandingan antara panjang tangan berbanding tubuh, siamang memiliki ukuran tangan yang lebih panjang daripada gorila. Ketika berdiri tegak, tangan siamang berjarak 10 cm dari tanah, sedangkan tangan gorila berjarak 40 cm dari tanah.

perilaku

Siamang menghabiskan sebagian besar hidupnya diatas pohon. Kehidupan mereka didominasi dengan bergelantung dari satu Ketika bergerak lambat, mereka memegang satu cabang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya belum dilepas dari cabang yang sebelumnya cabang ke cabang lain. Proses yang dilakukan seperti ini disabut brachiating.

Gb. Pergerakan lambat siamang

Ketika tangan berhasil memegang cabang yang ke dua, tangan baru akan melepas cabang yang pertama dan beralih ke cabang ke tiga.

Gb. Pergerakan cepat siamang

Ketika bergerak cepat, siamang sering melepas pegangan tangan yang ada dicabang pertama, kemudian bergelantung memegang cabang kedua. Proses seperti ini membutuhkan tenaga yang lebih. Ketika melakukan brachiating, posisi jari tangan seperti memegang pada manusia(empat jari bergabung menjadi satu sementara jari yang satunya berada pada posisi yang berlawanan dari empat jari yang lain). Siamang juga dapat berjalan dipohon dan cabang-cabang kecil menggunakan kakinya yang dibantu oleh tangan terulur untuk membantu menjaga keseimbangan. Siamang dapat melompat dari satu cabang ke cabang pohon yang lain. Dalam satu lompatan dapat mencapai 30 kaki atau 9 m. Salah satu kelemahan siamang adalah tidak suka air dan tidak dapat berenang.

Siamang hidup dalam kelompok keluarga dari seekor jantan dewasa dan pasangannya sampai 4 keturunan. Mereka hidup berpasangan yang didalam pasangan tersebut terdapat kesetiaan yang tinggi. Setiap pagi, kelompok siamang menimbulkan suara yang sangat keras untuk mengumumkan posisinya dihutan. Suara ini merupakan penanda bahwa wilayah tersebut merupakan daerah teritorial kelompok siamang tersebut. Seperti kebanyakan kera, salah satu kegiatan siamang adalah berdandan. Dalam satu kelompok, salah satu anggota kelompok terkadang membersihkan rambut pada anggota kelompoknya.

Siamang merupakan anggota dari kera, bukan monyet. Namun tidak seperti anggota kera yang lain, siamang tidak membuat ”kandang tidur”. Mereka, baik sendiri maupun berkelompok hanya tidur diantara cabang ketiak pohon. Mereka tidur dengan posisi duduk tegak. Siamang biasanya menghabiskan waktunya didahan pohon setinggi 18 sampai 30 meter. Namun, saat melihat predator dibawahnya, mereka justru mendekat ke dahan yang lebih rendah antara 5 hingga 9 meter kemudian mengeluarkan ”nyanyian” yang khas. Siamang akan mengeluarkan suara yang nyaring ketika terdapat bahaya mengancamnya. Pada dasarnya suara yang dikeluarkan siamang dibagi menjadi tujuh jenis, antara lain wa, hoo, dan waoo. Meski demikian siamang menggunakan rangkaian suara yang berbeda saat berduet dipagi hari dan saat melihat predator. Temuan ini dapat mengungkap proses evolusi terbentuknya bahasa. Hal ini merupakan dukungan bagi para ilmuwan untuk mengungkap bahwa bahasa manusia berakar dari bentuk komunikasi awal yang juga dilakukan primata.

Makanan

Siamang merupakan omnivora(pemakan tumbuhan dan daging). Mereka mencari makan sepanjang hari. Makanan mereka terdiri atas 80 % dari daun, biji, bunga, kulit pohon, dan pucuk tanaman. Selain itu, mereka juga memakan serangga, laba-laba, vertebrata kecil, telur burung dan burung kecil. siamang biasanya menangkap burung yang terbang dengan bergelantung di pohon. Tangan yang satu memegang cabang sedangkan tangan yang lain untuk meraih buruan. Siamang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima jam untuk makan.

Siamang takut akan air. Proses meminum air dilakukan dengan cara mencelupkan kaki depannya ke dalam air,kemudian menghisap air yang menempel atau meresap pada rambut-rambut kakinya. Selain itu, air juga didapatkan dari pokok tumbuhan yang dimakannya.

reproduksi

Usia siamang berkisar antara 25 sampai 30 tahun. Siamang merupakan hewan yang monogami dan setia kepada pasangannya. Periode kehamilan berlangsung selama 7.5 bulan atau 230-235 hari. Kelahiran seekor anak terjadi dalam rentang waktu 2 sampai 3 tahun. Siamang mulai dapat bereproduksi pada usia 12-13 tahun. Seekor betina, jarang melahirkan bayi siamang lebih dari sepuluh anak selama masa hidupnya. Bayi yang baru lahir hanya memiliki rambut yang sedikit. Rambut hanya terdapat pada bagian atas kepala. Proses menyusui terjadi selama 1 tahun. Siamang tinggal bersama ibunya selama 6 tahun. Siamang jantan biasanya mengambil alih perawatan bayi siamang tersebut.

Setelah bayi lahir, bayi mengalami beberapa tahap, yaitu anak-anak tahap 1 berusia 2-4 tahun, bertubuh kecil, bepergian bebas tetapi masih diawasi oleh yang dewasa. Anak-anak tahap 2 dari 4-6 tahun, berukuran sedang dan mencari makanan sendiri. Tahap setengah dewasa berukuran besar namun masih hidup bersama keluarganya. Tahap dewasa, berukuran maksimal, hidup berpasangan dan meneruskan keturunan.

Sumber rujukan

Anonim, “http://greatbrandini.com/photo_gallery/miami_zoo/siamang_5Fmiami_ 5Fmetro_5F2007s.JPG” diakses tanggal 25 november 2008

Anonim,“http://homepage.mac.com/wildlifeweb/primate/PrimateWeek/siamang/. index.html.” diakses tanggal 22 november 2008

Anonim, “http://i.pbase.com/u35/dougj/large/16600533.138_3824p.jpg” diakses tanggal 25 november 2008

Anonim, “http://ms.Wikipedia.org/wiki/Siamang” diakses tanggal 12 november 2008

Anonim, “http://naskleng.blogspot.com/2008_05_01_archive.html” diakses tanggal 23 november 2008

Anonim,“ http://www.enchantedlearning.com/subjects/apes/siamang/” diakses tanggal 23 november 2008

Anonim, “http://www.fotawildlife.ie/images/Siamang%201comp.JPG” diakses tanggal 25 november 2008

Anonim,“http://www.wildlife.gov.my/printed_material/kbdMamClist/

Siamang.pdf diakses tanggal 19 november 2008

David, j. Chiver. (1980). Malayan Forest Primates. England: Plenum press

wi...., gembili......, gadung........uenak rek

wi...., gembili......, gadung.........


A. Latar belakang

Kebutuhan manusia akan bahan makanan terus meningkat seiring bejalannya waktu. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menuntut adanya pemenuhan bahan pangan yang tidak sedikit. Beras sebagai bahan makanan pokok orang Indonesia menjadi sasaran utama untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Negara Indonesia yang merupakan Negara agraris mempunyai peran penting dalam memproduksi beras. Walaupun potensi ini sangat tinggi, akan tetapi maih sering terjadi kekurangan bahan makanan(beras) untukkebutuhan masyarakat.

Dari gambaran kondisi ini, perlu adanya sumber bahan makanan alternatif untuk mendukung peran beras sebagai bahan makanan pokok. Saat ini, bahan makanan alternatif yang umum di kembangkan dan dikonsumsi masyarakat antara lain, jagung, ubi jalar, dan ketela pohon.

Beberapa jenis calon bahan makanan pokok alternatif yang juga berpotensi adalah uwi, gembili, gadung, dan gembolo. Uwi, gembili, gadung, dan gembolo merupakan jenis tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, khususnya jawa timur. Tanaman ini mempunyai karaktristik masing-masing yang membedakan satu sama lain.

Walaupun ke empat tanaman ini berpotensi menjadi bahan makanan pokok alteternatif, namun studi pengembangan tentang ke empat umbi-umbian ini masih belum maksimal. Kecenderungan dari beberapa masyarakat masih belum mengenal ciri-ciri tanaman tersebut, sehingga perlu diadakan pengkajian lebih lanjut tentang ciri-ciri tanaman uwi, gembili, gadung dan gembolo. Hal mendasar yang perlu dikaji terlebih dahulu tentang tanaman ini dalah ciri-ciri morfologi luarnya.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diberikan rumusan masalah yaitu bagaimana ciri-ciri organ vegetatif dan generatif dari tiap-tiap tumbuhan tersebut.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pembahasan makalah bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri organ vegetatif dan organ generatif dari tumbuhan uwi, gembili, gadung dan gembolo.

D. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi mahasiswa sebagai tambahan literatur dalam mempelajari morfologi tumbuhan, khususnya tentang morfologi dari famili Dioscoreaceae. Bagi masyarakat, diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan tentang umbi-umbian.

A. DATA

Pengamatan tanaman Wi

No

Perihal

Ciri

AKAR

1

Sistem perakaran

Serabut

2

Bentuk akar

Bentuk benang

3

Sifat dan fungsinya

Tumbuh kearah bawah & menyerap unsur hara

4

Bagian-bagian akar

Leher akar, ujung akar, tubuh akar

BATANG

6

Perawakan

Batang basah

7

Bentuk irisan melintang

Bersegi(segi empat)

8

Permukaan

Bersayap

9

Arah tumbuh batang

Membelit

10

Cara percabangan

Simpodial

11

Arah tumbuh cabang

Condong ke atas

DAUN

12

Bagian-bagian daun

Trangkai daun, helai daun

13

Letak daun yang terlebar

Dibawah tengah

14

Bangun/bentuk daun

Bangun jantung

15

Ujung daun

Meruncing

16

Pangkal daun

Berlekuk

17

Tulang daun

Menjari

18

Urat daun

Mencapai tepi

19

Tepi daun

Tepi rata

20

Daging daun

Seperti kertas

21

Warna daun

Hijau

22

Permukaan daun

Atas: licin suram ; bawah: licin suram

23

Susunan daun

Daun tunggal

24

Jumlah daun pada tiap buku batang

Dua

25

Rumus daun

-

Pengamatan tanaman Gembili

No

Perihal

Ciri

AKAR

1

Sistem perakaran

Serabut

2

Bentuk akar

Bentuk benang

3

Sifat dan fungsinya

Tumbuh kearah bawah & menyerap air

4

Bagian-bagian akar

Leher akar, ujung akar

BATANG

6

Perawakan

Batang basah

7

Bentuk irisan melintang

Bulat

8

Permukaan

Berambut, berduri

9

Arah tumbuh batang

Membelit

10

Cara percabangan

Simpodial

11

Arah tumbuh cabang

Condong ke atas

DAUN

12

Bagian-bagian daun

Tangkai daun, helai daun

13

Letak daun yang terlebar

Dibawah tengah

14

Bangun/bentuk daun

Bangun jantung

15

Ujung daun

Tumpul

16

Pangkal daun

Berlekuk

17

Tulang daun

Menjari

18

Urat daun

Mencapai tepi

19

Tepi daun

Tepi rata

20

Daging daun

Seperti kertas

21

Warna daun

Hijau

22

Permukaan daun

Atas: berbulu ; bawah: berkerut

23

Susunan daun

Daun majemuk

24

Jumlah daun pada tiap buku batang

Dua

25

Rumus daun

-

Pengamatan tanaman Gadung

No

Perihal

Ciri

AKAR

1

Sistem perakaran

Serabut

2

Bentuk akar

Bentuk benang

3

Sifat dan fungsinya

Tumbuh kearah bawah & menyerap unsur hara

4

Bagian-bagian akar

Leher akar, ujung akar, tubuh akar

BATANG

6

Perawakan

Batang basah

7

Bentuk irisan melintang

Bersegi(segi empat)

8

Permukaan

Bersayap

9

Arah tumbuh batang

Membelit

10

Cara percabangan

Simpodial

11

Arah tumbuh cabang

Condong ke atas

12

Asal cabang

Aksilaris

DAUN

14

Bagian-bagian daun

Trangkai daun, helai daun

15

Letak daun yang terlebar

Dibawah tengah

16

Bangun/bentuk daun

Bangun jantung

17

Ujung daun

Meruncing

18

Pangkal daun

Berlekuk

19

Tulang daun

Menjari

20

Urat daun

Mencapai tepi

21

Tepi daun

Tepi rata

22

Daging daun

Seperti kertas

23

Warna daun

Hijau

24

Permukaan daun

Atas: licin suram ; bawah: licin suram

25

Susunan daun

Daun majemuk

26

Jumlah daun pada tiap buku batang

Dua

27

Rumus daun

½

PEMBAHASAN

Tanaman wi, gembili, dan gadung merupakan tanaman dari kelas Liliopsida, ordo Dioscoreales dan famili Dioscoreaceae yang memiliki banyak kesamaan. Tanaman ini memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Kekerabatan ini hingga mencapai tingkatan genus yaitu Dioscorea.

Tanaman Uwi (Dioscorea alata)

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa tanaman wi(Dioscorea alata) memiliki sistem perakaran serabut dengan bentuk akar seperti benang. Sifat dari akar tersebut adalah menyebar kseluruh bidang tanah dan fungsinya untuk menyerap air.

Batang tanaman Dioscorea alata berperawakan batang basah berwarna hijau dan apabila diamati irisan melintangnya yang diperoleh daripemotongan batang maka didapatkan bentuk segi empat. Dilihat dari permukaan batangnya, tanaman D. alata memiliki permukaan bersayap yaitu pada sudut-sudut segi irisan melintang. Batang pada tanaman wi ini arah tumbuhnya membelit pada suatu benda, umumnya benda atau pohon berdiri tegak yang ada didekatnya. Arah tumbuh cabang pada tanaman D. alata adalah condong ke atas dengan membentuk sudut kurang lebih 45° dan cara percabangannya adalah simpodial.

Letak bagian daun yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah dari helai daun. Bangun daun yang dibentuk dari tanaman D. alata adalah bangun jantung dengan ukuran panjang sekitar dua kali lebar daun. Ujung daun berbentuk meruncing, sedangkan pangkal daun berbentuk berlekuk. Susunan tulang daun dari tanaman D. alata bertipe menjari dengan urat daun mencapai tepi. Tepi daun rata dengan permukaan bagian atas dan bawah licin suram. Warna daun hijau rata disetiap tempat. Daging daun tipis seperti kertas. Didalam satu buku terdapat dua daun yang saling berhadapan.

Tanaman gembili (Dioscorea aculeata L.)

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, diketahui bahwa tanaman gembili memiliki sistem perakaran serabut dengan bentuk akar seperti benang. Sifat dari akar tersebut adalah menyebar keseluruh bidang tanah dan fungsinya untuk menyerap air.

Batang tanaman gembili berperawakan batang basah berwarna hijau dan apabila diamati irisan melintangnya yang diperoleh daripemotongan batang maka didapatkan bentuk bulat. Dilihat dari permukaan batangnya, tanaman gembili memiliki permukaan berambut dan berduri yang menyebar diseluruh permukaan batang. Batang pada tanaman gembili ini arah tumbuhnya membelit pada suatu benda, umumnya benda atau pohon berdiri tegak yang ada didekatnya. Arah tumbuh cabang pada tanaman gembili adalah condong ke atas dengan membentuk sudut kurang lebih 45° dan cara percabangannya adalah simpodial.

Letak bagian daun yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah dari helai daun. Bangun daun yang dibentuk dari tanaman gembili adalah bangun jantung dengan ukuran panjang lebih pendek dari lebar daun. Ujung daun berbentuk tumpul, sedangkan pangkal daun berbentuk berlekuk. Susunan tulang daun dari tanaman gembili bertipe menjari dengan urat daun mencapai tepi. Tepi daun rata dengan permukaan bagian atas berbulu dan bagian bawah berkerut. Warna daun hijau rata disetiap tempat. Daging daun tipis seperti kertas. Didalam satu buku terdapat satu daun.

Tanaman gadung (Dioscorea hispida Dennst.)

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, diketahui bahwa tanaman gadung memiliki sistem perakaran serabut dengan bentuk akar seperti benang. Sifat dari akar tersebut adalah menyebar keseluruh bidang tanah dan fungsinya untuk menyerap air.

Batang tanaman gadung berperawakan batang basah berwarna hijau dan apabila diamati irisan melintangnya yang diperoleh dari pemotongan batang maka didapatkan bentuk bulat. Dilihat dari permukaan batangnya, tanaman gadung memiliki permukaan berambut dan berduri yang menyebar diseluruh permukaan batang. Batang pada tanaman gadung ini arah tumbuhnya membelit pada suatu benda, umumnya benda atau pohon berdiri tegak yang ada didekatnya. Arah tumbuh cabang pada tanaman gadung adalah condong ke atas dengan membentuk sudut kurang lebih 45° dan cara percabangannya adalah simpodial.

Letak bagian daun yang terlebar terdapat di tengah-tengah dari helai daun. Pada tiap tangkai umumnya terdapat tiga helai daun yang masing-masing terpisah. Pada tangkai daun terdapat duri. Bangun daun yang dibentuk dari tanaman gadung adalah bangun bulat dengan tiga helai daun disetiap satu tangkai daunnya. Ujung daun berbentuk meruncing, sedangkan pangkal daun berbentuk membulat. Susunan tulang daun dari tanaman gadung bertipe menjari dengan urat daun bersatu dengan tulang cabang yang lain. Tepi daun rata dengan permukaan bagian atas berbulu dan bagian bawah berkerut. Warna daun hijau rata disetiap tempat. Daging daun tipis seperti kertas.

Apabila data yang diperoleh dicocokkan dengan buku kunci determinasi, maka tumbuhan uwi diatas memiliki ciri-ciri srebagai berikut: termasuk kedalam tumbuhan membelit atau memanjat. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dengan akar udara, daun tidak silindris. Bunga tidak tersusun dalam bulir, bakal buah tidak tenggelam. Daun tersebar. Daun tunggal. Batang atau daun tak berduri atau tak berduri tempel. Daun bertulang melengkung, yang atas kebanyakan berhadapan, urat daun berbentuk melengkung, buku batang kerap kali mempunyai umbi pengeram,