Kehidupan
kupu-kupu sebagai salah satu filosofi kehidupan
Kupu-kupu adalah hewan yang sangat mungil dengan tubuh yang penuh
dengan keindahan warna. Dalam taksonomi biologi, serangga ini
termasuk dalam ordo Lepidoptera dengan berbagai macam spesies.
Kupu-kupu memiliki bentuk yang khas dibandingkan dengan serangga yang
lain. Selain bentuk sayapnya yang bervariasi diantara tiap
spesiesnya, warna sayap kupu-kupu juga penuh dengan keindahan yang
tiada tara.
Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang perlu diamati dalam
kehidupan sehari-hari baik dari penampakannya maupun perilakunya.
Perilaku kehidupan kupu-kupu dapat diibaratkan seseorang yang
melakukan puasa atau telah berbuat taubat. Secara sederhana,
kehidupan kupu-kupu berasal dari telur yang kemudian berkembang
menjadi ulat. Dari ulat tersebut kupu-kupu akan berlanjut mengalami
kepompong daan berubah menjadi kupu-kupu yang sebenarnya.
Kehidupan kupu-kupu memang menarik untuk dikaji lebih jauh khususnya
bila ditinjau dari tingkah laku kupu-kupu tersebut. Awal pertama
muncul didunia, kupu-kupu masih berupa telur yang hampir mirip dengan
kehidupan manusia yaitu dalam kandungan ibu. Dalam beberapa hari,
telur tersebut akan menetas menjadi ulat muda yang setara dengan
bayi manusia. Kupu-kupu yang telah menetas akan berusaha beradaptasi
yang pada akhirnya akan membawanya ke pertumbuhan yang lebih dewasa.
Dalam kehidupan yang dewasa ini, ulat akan cenderung merusak tanaman.
Hal ini dapat diibaratkan dengan seorang manusia yang mengalami
gejolak kehidupan. Hal yang berbeda dari sini adalah kupu-kupu
merusak tanaman karena mereka butuh makanan dan tempat tinggal.
Mereka tidak akan merusak bila mereka mampu bertempat tinggal
ditempat lain yang dapat membuat kupu-kupu tersebut merasa nyaman.
Pada manusia, kerusakan tidak hanya terjadi karena keinginan bertahan
hidup saja, akan tetapi juga karena merusak adalah sesuatu kesenangan
tersendiri.
Sisi lain dari ulat adalah mereka mempunyai bulu-bulu yang halus dan
sering kali nampak indah untuk dilihat. Dibalik keindahan bulu-bulu
halus ini tersimpan sesuatu senjata yang unik yang dapat membuat
lawannya berpikir dua kali untuk menyerangnya. Ketika diserang, ulat
akan cenderung untuk mempertahankan diri atau mengalah dengan cara
menyingkir dari tempat yang berbahaya tersebut. Sifat ini kadang
berbalikan dengan keadaan manusia, yakni sifat untuk tidak mau
mengalah walau kadang dalam keadaan yang salah.
Dari proses kehidupan kupu-kupu yang sangat berkaitan erat dengan
filosofis agama adalah proses hidupnya pada tahap kepompong. Tahap
kepompong pada ulat merupakan cerminan dari manusia yang sedang
melaksanakan puasa. Ulat yang berada pada tahap kepompong akan
berdiam diri untuk tidak melakukan sesuatu yang merusak bahkan akan
selalu berdiam diri hingga tahap kepompong tersebut berakhir. Dalam
tahap kepompong ini ulat juga akan menerima cobaan yang
mempertaruhkan nyawanya. Bila ulat tidak mampu melewati masa ini,
ulat akan berakhir dengan kematian. Namun bila ulat mampu bertahan
hingga tahap kepompong berakhir, ulat tersebut akan berubah menjadi
sesuatu yang lebih sempurna, baik dalam perilakunya maupun dalam
penampakan bentuknya. Ulat yang telah berubah menjadi kupu-kupu akan
mempunyai perbedaan sifat yang jauh sekali dari bentuk sebelumnya.
Ulat yang dulunya berbentuk jelek, bahkan manusia jijik untuk
memegangnya setelah berubah menjadi kupu-kupu maka manusia akan
menyukainya dan tidak ragu untuk memegang dan memilikinya. Ulat yang
dahulunya merusak dan memakan dedaunan tumbuhan, maka setelah menjadi
kupu-kupu tidak akan merusak lagi. Mereka hanya mengambil sari madu
tumbuhan. Cara pengambilan madu tersebut bahkan dengan lemah lembut
yang tidak meninggalkan luka atau bekas yang berarti pada tumbuhan.
Disamping hal itu, pengambilan madu ini juga membantu tumbuhan
tersebut dalam penyerbukan sehingga tanaman tersebut dapat
menghasilkan buah dan melanjutkan keturunan. Hal ini berbeda sekali
dengan ulat yang merusak daun dan meninggalkan bekas yang nampak
besar, bahkan dapat membuat tumbuhan tersebut mati.
Hal ini merupakan fenomena kehidupan yang perlu dikaji dan dipahami
secara mendalam oleh manusia. Siklus dari kepompong hingga mencapai
kupu-kupu tersebut dapat diaplikasikan bagi seseorang yang sedang
melakukan ibadah puasa. Ketika berpuasa, seseorang harus menahan
semua perbuatan buruk yang selalu menyertainya. Dia harus berusaha
untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-harinya. Bila orang
tersebut tidak mampu menjauhi perbuatan buruk tersebut maka orang
tersebut dapat diibaratkan ulat yang gagal menjadi kupu-kupu. Namun
bila seseorang mampu menjalaninya dengan baik maka orang tersebut
setelah berpuasa akan berubah menjadi lebih baik, baik dalam tingkah
laku maupun kepribadian. Dia tidak akan merugikan orang lain. Dia
akan cenderung menolong orang lain.
Di masa modern yang cenderung tertuju pada ilmu dan teknologi, hal
tersebut merupakan beberapa sifat yang dapat diambil hikmahnya dan
diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Dengan mempelajari
fenomena-fenomena kehidupan tersebut diharapkan manusia dapat menjadi
lebih baik dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.